Bayangkan kalau kamu tidak bisa mencapai tujuan (red: tembus PTN impian) hanya karena kamu tidak konsisten belajar.
Sehari semangat, dua hari malas-malasan. Tidak menyelesaikan misi yang sudah ditulis dan direncanakan.
So, penting buatmu melatih disiplin diri supaya bisa mewujudkan mimpi. Mari kita mulai.
1. Kenali pentingnya konsisten belajar
Tahap pertama adalah mengenali sebetapa penting kita untuk bisa konsisten dalam belajar. Apa saja?
Tidak konsisten = menyerah = gagal
Jelas ya. Apa yang kamu pengen tidak akan tercapai kalau kamu tidak konsisten.
Konsisten memulai, menjalani, sampai menyelesaikan. Begitu terus sampai tujuan tercapai.
Misal, kamu pengen lolos UTBK tanpa bimbel. Maka, ada puluhan bab yang harus dipelajari sampai bener-bener paham. Ada juga ratusan bahkan ribuan soal yang harus kamu selesaikan supaya makin terlatih.
Kalau kamu tidak konsisten belajar tiap hari, membuka video pembelajaran atau buku catatan, tidak mau review materi, belum lagi malas latihan soal dan try-out…
…apa kamu yakin goal yang kamu pengen itu bakal berhasil?
Sementara ratusan ribu siswa lain, pesaing-pesaing tangguhmu, mereka berjuang belajar tiap hari dan rutin latihan soal maupun ikutan try-out.
Konsisten itu penting. Percuma kalau berapi-api di awal tapi sepanjang perjalanan malah malas-malasan.
Contoh kalimat motivasi yang mungkin bisa jadi acuan:
Saya ga peduli sebetapa berat & seberapa lama, saya akan terus melakukan apa yang harus saya lakukan (belajar & latihan soal setiap hari), sampai benar-benar berhasil (tembus PTN & jurusan favorit).
Self-control dan delay gratification
Masih nyambung dengan poin nomor satu. Salah satu skills yang bikin kita konsisten dalam ngerjain sesuatu adalah self-control & delay gratification.
Self-control & delay gratification itu ialah kemampuan menahan diri dari kesenangan-kesenangan sesaat untuk fokus mengerjakan hal-hal yang kadang kurang menyenangkan; demi mencapai tujuan yang jauh lebih menyenangkan.
Agak bingung ya? Hehe. Intinya mah menunda kesenangan sesaat. Gapapa sekarang jarang main game, asalkan nanti pas pengumuman UTBK bisa diterima di pilihan pertama. Gampangnya gitu.
Karena, kalau kita nurutin kesenangan sesaat, akan jauh lebih banyak hal-hal ga bermanfaat atau kurang penting-lah yang bakal kita kerjakan.
Walhasil, tujuan yang harusnya bisa dicapai malah jadi ketunda-tunda atau bahkan gagal entah kemana.
2. Tulis alasan: kenapa sih aku harus belajar?
Hah? Maksudnya apa? Tenang-tenang… saya jelasin.
Alasan yang dimaksud adalah alasan-alasan kenapa kita males ngerjain sesuatu. Semacam blok mental, gitulah kata psikolog.
Hal ini nyambung dengan kebiasaan kita menunda-nunda belajar. Apalagi untuk ngebut materi UTBK. “Entar dulu deh, kan masih lama,” alasannya.
Alasan-alasan nunda belajar seperti:
- Ga tau mulai dari mana
- Materinya susah dimengerti
- Gurunya ga asik ngajarnya
- Susah pas ngerjain soal
- Banyak banget materinya
Pernah ngerasa seperti itu? Nah itu dinamain dengan blok mental.
Masing-masing personal beda-beda blok mentalnya. Dan hanya kamu sendiri pula yang tau detailnya.
So, tulisin semua alasan kenapa kamu malas belajar. Malas memulai dan menyelesaikan to-do-list yang selama ini sudah kamu hias di papan tulis.
Dengan kamu tulis semuanya, kamu renungin sendiri, kira-kira bagaimana cara mengatasinya. Lagi-lagi, hanya kamu yang tau.
Kalau kamu kesulitan, silakan baca panduan cara meningkatkan motivasi belajar.
3. Buang jauh-jauh distraksi saat belajar
Saya cerita dikit ya.. distraksi paling besar dalam hidup adalah sosial media. Kalau sudah pegang hp terus buka IG, jempol ini seakan tak bisa berhenti. Belum lagi nonton YouTube, ngoceh di Twitter, sama nongkrongin grup FB.
Walhasil, saya sampai ga fokus ngerjain apa yang seharusnya saya kerjakan. Saat tulisan ini terbit, saya sudah menginjak semester akhir di perkuliahan. Ya kamu mestinya paham gimana ribetnya penelitian, magang, sampai nyusun skripsi.
Lalu, apa yang saya lakukan biar semua ini kembali normal dan perlahan bisa balik ke jalur yang benar?
Buang total distraksi. Saya uninstall semua apps sosial media di hp. Saya logout semua di browser. Dan, saya hanya gunakan hp maksimal 2 jam setiap hari untuk komunikasi atau nyari-nyari ide menulis.
Sebegitunya saya serius biar semuanya lekas selesai, dan siap buat meniti karier.
Nah, kalau kamu apa distraksinya? Silakan tulis semua distraksi. Misalkan, sosial media juga, temen sering ngajak nongkrong, main game PUBG, atau apapun itu.
Tulis semuanya, dan bilang sama diri kamu sendiri. Seberapa besar komitmenmu buat mencapai tujuan dan berani buat merelakan “kesenangan sesaat” alias distraksi itu tadi.
Agak emosional dan berat di awal. Tapi percaya saya. Setelah menginjak hari ke-30, semuanya terasa ringan dan biasa aja. Coba aja dulu.
4. Belajar secara pelan-pelan dan bertahap
Perubahan itu berat, men. Saya tau berat banget. Karena saya ngerasain juga.
Melihat jumlah bab materi UTBK yang harus dikuasain aja udah kelenger. Apalagi ribuan latihan soal dan persaingan ketat di try-out.
Kebiasaan nunda-nunda karena takut gagal lolos, muncul lagi. Berhasil sebentar sih, belajar materi bab seharian penuh. Tapi besoknya balik lagi.
Dan parahnya, solusi dari kebiasaan buruk nunda-nunda baru saya temuin pas semester akhir. Hahaha. Kamu beruntung baca tulisan ini dan tau solusinya lebih awal.
Yaps, jawabannya ialah mulai dari hal kecil, pelan-pelan, dan bertahap naik levelnya. Istilah kerennya, 1% lebih baik setiap hari. Kalau kamu gemar baca, silakan beli buku judulnya Atomic Habit karya James Clear.
Satu persen aja, ga usah banyak-banyak. Mungkin hari ini cuman bisa nyelesain materi 1 bab, sama latihan soal 10 butir. Gapapa, besoknya tingkatin jadi 1 bab dengan latsol 15 butir. Besoknya lagi 2 bab latsol 15 butir. Dst.
Dengan progres yang pelan tapi meningkat terus-terusan, ga tau kenapa rasa percaya diri saya makin gedhe. Makin gampang buat mulai ngerjain sesuatu hal.
Yaps. Inti dari tulisan ini ialah memahami pentingnya self control & delay gratification supaya konsisten belajar.
Fokus ngerjain hal yang jadi tujuan. Sampai benar-benar berhasil. Caranya dengan bikin prioritas, mulai aja dulu, sama buang jauh-jauh distraksi.
Semuanya sudah dijabarkan. Sekarang tergantung kamu sendiri. Seberapa serius kamu memandang mimpi kamu, harapan orang tua & keluarga, dan komitmenmu itu.
Saya harap kamu bisa mengambil hikmah dari tulisan ini. Semoga berhasil ya!